Sabtu, 28 Januari 2012

5 Micin Liburan Hemat ke Yogyakarta

Kita merencanakan liburan yang hemat, dengan membawa bekal makanan dari rumah. Karena membeli makanan disana terbilang mahal oleh kantong mahasiswa yang berlibur dengan uang yang menipis. Kita membawa makan yang awet untuk sekitar 3 hari. Contohnya serundeng, kering tempe, telur asin, dll. Rencananya hanya 3 orang cewek yang berangkat selayaknya Bali dahulu, namun kita ketambahan 2 cowok yang turut serta pada liburan kali ini.


****
Hari ke 1
Tanggal 17 Januari 2012 dengan 3 orang cewek dan 2 orang cowok.Mereka adalah Igam sahabat kecil sekaligus teman SMA, Octa teman bisnis aku dan juga teman SMA, dan juga Anis dan Bayu. Mereka semua merupakan teman SMA dahulu di SMA 3 Jember. Kita mengawali perjalanan ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta api logawa, kereta api kelas ekonomi yang harganya murah meriah.Selama di perjalanan kita bersenda gurau tidak mengenal tempat. Maklum anak remaja yang mau menuju kota orang.
    Sesampainya di stasiun Lempuyangan, kita disambut oleh hujan deras di Yogyakarta. Secepatnya kita mencari taksi yang akan membawa kita menuju ke tempat penginapan. Yaitu di sekitaran jalan Malioboro, tepatnya di gang kecil antara Hotel Mutiara dan Mall malioboro. Penginapan yang harganya cukup murah, Rp 75.000 per malamnya. Cukup murah bagi kita yang memang berencana untuk liburan hemat ala ransel meskipun Anis membawa ts koper.
Setelah sampai di penginapan kita hanya bisa menikmati hujan di kota orang terlebih dahulu. Tepat pukul 19.30, hujan pun berhenti dan kita keluar dari penginapan untuk menikmati jalan Maliboro di waktu malam. Kita berjalan kaki dari penginapan menuju tugu yang merupakan icon kota Yogyakarta. Yang merupakan garis lurus antara pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta, jalan Malioboro, tugu, dan gunung Merapi. Perjalanan kita lumayan jauh, setelah sampai dan menikmati berfoto-foto ria. Kita lalu kembali ke penginapan. Namun di tengah perjalanan kita mampir dulu menikmati kopi joss yang terkenal di Yogyakarta. Kopi yang menyuguhkannya dengan memberikan arang ke dalam gelasnya. Lalu berfoto-foto lagi di tulisan jalan Malioboro. Dasar anak narsis, dimana-mana bawaannya pengen foto melulu.
    Sesampai di penginapan, sudah menunjukkan pukul 22.30. Kita beres beres menyeka keringat yang berjatuhan, lalu beranjak ke tempat tidur. Kamar yang cowok hanya untuk 2 orang, sedangkan kamar yang cewek dipakai untuk 3 orang. Desak desakan karena orangnya besar-besar. Kita tidak berniat menggunakan ekstra bed agar uang penginapannya tidak nambah. Hemat banget.



****

Hari ke 2
  Kita berencana melanjutkan rekreasi menuju ke Keraton Yogyakarta. Kita berjalan kaki dari penginapan menuju ke Keraton. Sampai di perjalanan kita melihat benteng Vredebug, lalu kita mampir kedalamnya untuk melihat-lihat. Ada teman aku yang bernama Bayu bercanda, kenapa dinamakan dengan benteng Vredebug?. Karena dulu namanya Vre lalu dia jatuh dan bunyi debug. Ckckck, disambung-sambungkan sama dia.
    Setelah selesai menikmati keindahan benteng dan telah puas berfoto-foto. Kita melanjutkan perjalanan menuju Keraton Yogyakarta. Seharusnya kita menyewa guide agar tahu cerita sejarah dari Keraton tersebut. Namun karena tidak mempunyai uang untuk memberi tips guide, kita tidak menyewa guide. Dan aku mencoba mengingat-ingat cerita guide minggu lalu ketika aku ke Keraton bersama keluarga. Setelah puas berjalan-jalan menikmati wisata sejarah. Kita melanjutkan perjalanan kaki menuju ke Shopping center, tempat membeli buku dengan harga miring dan bisa di tawar lagi.
  Setelah selesai, kita berbelanja di pasar Beringharjo yang cukup terkenal di Yogyakarta. Pasar dengan lantai 3 yang luas banget. Kita berbelanja bermacam-macam barang. Hasrat wanita pun timbul untuk memborong semua barang yang ada. Para cowok berpencar untuk membeli oleh-oleh sendiri. Menurut mereka kalau berbelanja dengan cewek itu ribet. Para cewek setelah selesai berbelanja, kita berniat untuk kembali ke penginapan. Namun ternyata hujan deras banget beserta genangan air yang mulai meninggi dan nampaknya bakal awet. Karena mata ngantuk dan badan mulai pegal-pegal. Kita nekat untuk menerobos hujan. Karena Octa dan Anis menggunakan sepatu dan pada waktu itu banjir. Maka mereka cekeran menuju ke penginapan. Sepanjang jalan banyak orang yang melirik atau bahkan melihat mereka. Yang dengan belanjaan banyak namun tidak menggunakan alas kaki.
  Sesampainya di penginapan kita beristirahat sejenak. Karena kita berencana malam harinya akan ke alun-alun kidul yang terdapat 2 beringin yang mitosnya, apabila dengan mata tertutup bisa melewati kedua beringin tersebut maka doanya akan terkabul.
  Ke alun-alun kidul kita menggunakan trans Jogja, namun tidak tepat di depan alun-alun kidul dan kita harus berjalan kaki dahulu untuk mencapai alun-alun kidul. Karena kita belum makan malam, kita mencari makan terlebih dahulu. Lalu kita membeli makan nasi goreng yang terdapat di lesehan sekitar alun-alun. Dan ternyata nasi gorengnya tidak enak banget, nasinya keras dan pedasnya minta ampun sampai perut panas. Anis makan sampai berlinang air mata. Kita berlima menyisakan makanan tersebut. Tidak kuat menghadapi makanan racun itu. Harganya mahal tapi rasanya kayak racun.
   Anis, Octa, Igam, dan Bayu mencoba melawan mitos 2 beringin tersebut. Namun aku tidak bergairah untuk mencobanya, aku ngantuk berat dan hanya duduk-duduk dipinggir jalan sendirian sambil menunggu mereka selesai mencoba permainan itu.
Setelah selesai kita pun main sepeda yang bentuknya seperti becak yang bisa digunakan untuk 5 sampai 6 orang sekaligus dengan 4 orang yang mengayuhnya. Sepeda tersebut berwarna kelap-kelip yang menarik sekali di malam hari. Bermacam-macam bentuknya dan ada pula sepeda tandem.
Hari sudah menunjukkan pukul 22.30, kita pun bergegas pulang ke penginapan karena sudah hampir larut malam. Kita berjalan kaki menyusuri jalannan yang telah diberitahu oleh orang. Jalannya jauh banget, kaki rasanya mau putus. Setelah 1 jam berjalan akhirnya kita sampai di penginapan dengan bercucuran keringat. Kaki rasanya bautnya udah hilang, sakit banget. Padahal rencananya keesokan harinya akan ke candi Prambanan dengan teman SMA juga yang kuliah di UGM, bernama Siska.

****

Hari ketiga, dengan mata yang masih mengantuk dan kaki yang tidak mau diajak kompromi namun harus tetap berjalan. Siska sampai di penginapan sekitar pukul 07.30 dan kami masih siap-siap. Kita menuju ke candi Prambanan pukul 08.30 setelah makan terlebih dahulu di depan pelataran Mall Malioboro. Setelah perjalanan selama 1 jam dengan menggunakan trans jogja, kita sampai di halte terdekat. Kita berjalan dengan bule yang akan menuju kesana pula. Melihat keindahan dan kemegahan candi yang super tinggi. Kita masih bertanya-tanya padahal batu-batu itu hanya ditumpuk tanpa menggunakan semen. Namun kenapa kokoh dan kuat sampai sekarang. Banyak sih yang roboh dikarenakan gempa di Yogyakarta beberapa tahun silam. Namun kemegahannya tidak luntur. Setelah puas di kawasan candi, kita bermain di kawasan permainan anak-anak. Meskipun umur sudah tua, tapi gairah untuk bermain ayunan tidak bisa dihindarkan. Bayu, Igam, dan Anis mencoba bermain ATV. Aku dan Octa penasaran dengan sepeda tandem, allu kami pun mencobanya. Aku teriak-teriak menaiki sepeda tandem tersebut, menakutkan, kayak mau jatuh. Karena aku di belakang, dan yang mengendalikan semuanya orang yang ada di depan.
Setelah puas, kita pun pulang ke penginapan. Namun kita berhenti untuk mengisi perut terlebih dahulu. Tepat di depan pagar candi Prambanan terdapat warung yang makanannya murah dan lumayan enak. Tidak mengecewakan, tidak seperti makanan racun semalem. Kita naik trans jogja lagi untuk pulang ke penginapan dan Siska langsung menuju ke kost untuk besiap-siap karena akan ada kuliah.
Bayu, Anis, dan Igam turun di penginapan. Namun aku dan Octa langsung meluncur ke pasar Beringharjo lagi untuk berbelanja lagi. Aku membeli bolero batik yang lucu dan membeli miniatur tugu. Semenjak dari Yogyakarta aku kesengsem dengan pesona tugu Jogja tersebut. Beli kaos pun aku mencari yag ada gambar tugunya. Octa membeli oleh-oleh untuk keluarganya. Setelah selesai, kita kembali di penginapan.
Aku dan Octa tepar sampai malam hari. Padahal Anis merengek-rengek minta anterin beli tas di sekitaran Malioboro. Namun apadaya, tubuh rasanya tidak mau digerakkan. Alhasil Igam berbaik hati mengantarkannya membeli tas dan Jco. Anis, Bayu, dan Igam bercengkerama sampai larut malam sekitar pukul 23.30. Sedangkan aku dan Octa tertidur pulas. Tepat pukul 00.00, mereka membangunkanku untuk menawari mau beli makanan. Dan kita pun makan larut malam dengan gudeg.
Padahal keesokan harinya kita harus pulang ke Jember, dan keretanya berangkat pukul 07.30. Dan sampai larut malam belum tidur juga. Namun alhamdullillah kita semua bisa bangun tepat waktu, dan menuju stasiun tepat waktu pula. Karena di dalam kereta banyak sekali pengamen dan kita semua tidak mempunyai uang recehan, jadi apabila ada pengamen kita berhitung 1 2 3 dan pura-pura tertidur sampai pengamennya lewat. Begitu seterusnya sampai stasiun Wonokromo. Di stasiun Wonokromo aku, Octa, dan Igam turun untuk membeli makan dan menukarkan dengan uang recehan. Sedangkan kereta apinya ganti kepala di stasiun Gubeng. Di dalam kereta kita bergurau-gurau dan bernyanyi-nyayi sambil mendengarkan speaker yang di bawa Bayu. Tidak menghiraukan orang lain di sekitar kita. Gurauan yang dibawa dari Yogyakarta adalah cerita tentang orang-orang di dalam penginapan tersebut. Sesampai di Jember, kita di jemput oleh keluarga masing-masing.
  Tidur dirumah dan terbangun tanpa mereka yang selalu ramai sepanjang 3 hari terakhir, rasanya kesepian banget. Semoga lain waktu kita bisa liburan bareng lagi ya.



Biaya ::
Kereta Api Logawa (berangkat) : Rp 36.000
Kereta Api Sritanjung (pulang) : Rp 30.000
Taksi dari stasiun ke penginapan : Rp 25.000
Taksi dari penginapan ke stasiun : Rp 25.000
Trans Jogja : Rp 3000
HTM Keraton Yogyakarta : Rp 3000
HTM candi Prambanan : Rp 30.000
HTM benteng Vredebug : Rp 3000
Sewa tutup mata di Alkid : Rp 4000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan anda berkomentar..
Tapi tetap patuh dengan kesopanan yaa..
Makasi smuanya.. :)